Pernah merasakan sedih atau kurang bersemangat saat menyambut hari Senin? Kondisi itu dinamakan “Monday blues” dan itu nyata.
Menurut laman Healthline, Monday blues adalah sensasi lesu, tegang, sedih atau tidak bersemangat menyambut hari kerja. Perasaan itu kemudian membuat seseorang jadi benci hari Senin. Monday blues dialami ketika kita hendak beralih dari akhir pekan -yang dipersepsikan menyenangkan, ke hari kerja -yang dipersepsikan penuh ketegangan. Kondisi ini juga didukung oleh temuan ilmiah.

Mengapa Kita Membenci Hari Senin?
Menurut HuffPost, sejumlah penelitian mengatakan bahwa suasana hati seseorang umumnya berada di titik paling rendah di hari Senin. Sementara itu, melansir Greatist, para peneliti juga menemukan bahwa Monday blues adalah hal yang sangat nyata.
Misalnya, berdasarkan sebuah studi pesan Twitter, para peneliti berpikir orang paling mungkin merasakan kesedihan itu pada hari Senin dan Selasa. Namun, itu bisa lebih dari sekadar membenci jam alarm berbunyi.
Sebuah penelitian di Jepang menemukan tingkat bunuh diri tertinggi terjadi pada hari Senin dan pada beberapa orang, depresi di Senin pagi bahkan dapat memicu masalah kardiovaskular.
Tapi, sebenarnya apa sih penyebab Monday blues? Beberapa hal berikut mungkin juga kita alami :
1. Kekacauan Jam Tubuh
Ada faktor psikologis di balik Monday blues, termasuk siklus jam tubuh yang kacau. Ini terutama dialami orang-orang yang punya pola kerja Senin hingga Jumat. Sebab, kebanyakan orang mengubah pola tidurnya di akhir pekan, sering kali menjadi tidur larut malam dan bangun lebih siang.
Menurut neuropsikolog dari New York, Sanam Hafeez, punya waktu tidur ekstra di akhir pekan memang baik. Namun, mengubah pola tidur setiap lima hingga enam hari sekali malah bisa mengganggu ritme alami tubuh kita.
Itulah mengapa, sering kali kita merasa sudah cukup tidur di Minggu malam, tapi tetap saja merasakan Monday blues itu ketika bangun di Senin pagi.
“Ketika kita capek, kita lebih mudah terganggu”
Sementara bagi sebagian orang, akhir pekan malah bisa saja lebih melelahkan. Misalnya, karena mengisinya dengan berkumpul bersama kerabat hingga larut malam atau pergi ke beberapa tempat untuk mengunjungi saudara dan teman.
Meski hal itu positif, tetapi juga bisa menguras energi emosional dan logistik. Pada akhirnya di hari Senin kita lebih capek dan berdampak pada suasana hati.
2. Kehilangan Rasa Kebebasan
Perubahan emosi dari hari kerja ke akhir pekan adaah alasan umum mengapa banyak orang merasa berat menghadapi hari Senin. Sekalipun tetap punya kesibukan di akhir pekan, kebamyakan dari kita cenderung lebih rileks di waktu tersebut. Misalnya, karena bisa bangun lebih siang dan jalan-jalan.
“Perubahan emosional itu membuat hari Senin terasa mengerikan dan begitu berat buat sebagian orang,” tuturnya.
Banyak dari kita merasakan kehilangan atas kebebasan yang dimiliki di akhir pekan. Tidak memiliki kontrol atas siklus tersebut membuat perasaan itu lebih parah. Bagi orangtua, hari Senin berarti anak-anak kembali sekolah. Di masa pandemi, kondisi itu lumayan berat bagi mereka karena harus memiliki beban ganda dan semakin benci hari Senin.
3. Tidak Suka Pekerjaan
Hal lainnya yang menyebabkan seseorang benci hari Senin adalah karen tak mencintai pekerjaa atau merasakannya sebagai sesuatu yang membuat stres. Pada kondisi tersebut, tubuh merespons dalam bentuk adrenalin.
Sekalipun kita menikmati pekerjaan, stresor tambahan di masa pandemi Covid-19 seperti risiko tertular penyakit, juga dapat berdampak pada perasaan tidak aman. Merasa tidak selaras dengan apa yang dijalani di tempat kerja juga bisa membuat seseorang tidak bersemangat menyambut hari Senin. Sebab, kita seolah mengingatkan diri sendiri bahwa apa yang dilakukan tIdak punya tujuan yang jelas. Meski begitu, menerima bahwa setiap pekerjaan membutuhkan perjuangan dapat membantu kita melalui momen tersebut, bukan melawannya.
4. Tidak Persiapan
Alasan lain kenapa hari Senin begitu memberatkan adalah karena sering kali kita tidak mempersiapkan diri, baik secara emosional maupun logistik. Ketika gagak melakukan persiapan, secara tidak sadar kita menyiapkan kegagalan. Hari Minggu sebaiknya digunakan untuk melakukan persiapan.
5. Faktor Budaya
Terapis pernikahan dan keluarga berlisensi yang berbasis di California, Becky Stuempfig mengatakan, faktor budaya juga bisa memengaruhi kemungkinan seseorang merasakan Monday blues. Misalnya, dengan sering berperilaku “TGIF” atau Thank God it’s Friday.