Hello Skandis, apakah Skandis adalah orangtua yang sangat fokus pada perkembangan anak. Berusaha untuk menanamkan nilai baik dan mengembangkannya sebagai bekal untuk masa depan buah hati. Lantas apa saja yang sudah Skandis tanamkan? Sudahkah memasukkan bibit sportivitas pada anak.
Dilansir dari Halodoc, sportivitas adalah satu dari banyaknya pelajaran hidup yang biasanya diperoleh dari kompetisi. Maka pelajaran itu hendaknya dijadikan pengalaman hidup, bukan apresiasi berlebih saat memperoleh kemenangan dan kecewa mendalam saat mendapat kekalahan. Sportivitas adalah tentang belajar mengoreksi kesalahan saat kalah dan menghormati lawan yang menjadi pemenang, dan tidak membiarkan diri sombong saat kemenangan di raih.
Begitu besar peran sportivitas bagi tumbuh kembang anak, maka Skandis sebagai orangtua wajib mengajarkan, mengarahkan, dan mencontohkan sikap ini untuk anak. Berikut Skandis akan diarahkan pada tips untuk menanamkan nilai sportivitas pada anak.
-
Edukasi Apa itu Sportivitas
Mengedukasi anak usia dini tentang arti sportivitas dan bagaimana penerapannya adalah hal yang sulit. Ini akan berbeda saat Skandis mengajarkan pada anak yang lebih besar. Alasannya karena ego pada anak masih sangat besar, ini normal dan ego juga memiliki peran pada tumbuh kembang anak.
Skandis bisa mulai dengan memilihkan dan membacakan cerita yang mengandung nilai moral sprotivitas. Tontonan edukatif juga diperkenankan, seperti kartun anak atau drama pendek khusus anak. Mengajak anak untuk menonton perlombaan atau pertandingan besar juga bisa menjadi sarana edukasi menanamkan sikap sportivitas.
-
Berikan Contoh
Psikolog anak ternama Indonesia, Elly Risman Musa, berkali-kali mengatakan bahwa anak belajar melalui meniru. Maka dengan metode inilah Skandis bisa mengajarkan anak tentang spotivitas.
Skandis bisa mulai dengan sering mengajaknya berlomba, entah itu lomba lari saat weekend, lomba makan, atau lomba bangun pagi tanpa menangis antara kakak dan adik. Dari sinilah pelan-pelan anak akan belajar apa itu sportivitas dengan praktik secara langsung memalui berbagai akifitas harian.
Tentu saja Skandis harus memberi kesempatan kepada anak untuk merasakan kemenangan dan sesekali merasakan kekalahan.
-
Beri Kesempatan Berkompetisi
Setelah pendidikan sportivitas dalam keluarga dilakukan, biarkan anak melakukan kompetisi diluar rumah. Tentunya tidak serta merta anak diikut-sertakan dalam sebuah perlombaan, tapi membiarkan anak menggunakan ilmu sportivitas yang telah ia dapatkan dalam keluarga ke lingkungan pertemanannya.
Diawali dengan membiarkan anak memenangkan dirinya dalam melawan rasa takut dan malu saat mendapatkan teman. Dilanjutkan dengan sportivitas dalam membentuk circle dengan jumlah orang yang lebih banyak, hingga pada akhirnya anak benar-benar mengikuti perlombaan dalam arti sebenarnya dalam ajang perlombaan, misal saat acara peringatan hari kemerdekaan, event pendidikan yang dilakukan sekolah, dll.
-
Evaluasi Bersama
Setelah mempraktikkannya sendiri, biarkan anak konsentrasi mengambil kesimpulan dari apa yang telah dilaluinya. Selanjutnya secara hangat dan pelan Skandis bisa bertanya tentang bagaimana perasaannya, entah saat dirinya menjadi pemenang atau justru kalah.
Ajak anak untuk bersyukur atas segala pencapaian yang didapatkannya. Kemudian ajak anak untuk menganggap semua yang telah didapatnya, baik kalah atau menang sebagai sebuah pelajaran dan pengalaman hidup.
Baca Juga:
- Waspadai 9 Kebiasaan Buruk Orangtua yang Dapat Merugikan Anak
- Membuat Anak Berprestasi dengan Pola Asuh Skandinavia
- Beberapa Sikap Orang Tua Yang akan Menyakiti Hati Anak
Terakhir tetap motivasi anak untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik versi dirinya. Tanamkan bahwa sportivitas meliputi tahu kapan untuk berkompetisi secara sehat dan berhenti saat berlebihan atau tidak diperlukan lagi.
Itulah tips memanamkan jiwa sportivitas pada anak yang telah dirangkum dari berbagai sumber terbaik untuk Skandis. Silakan dipraktikkan dan jadilah orangtua hebat untuk anak-anak Skandis. Selamat mengasuh Skandis!(Eka sawitri rahayu)