Setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam menunjukkan kasih sayang dan memberikan pengajaran pada anak. Misalnya, dalam memberi makanan dan minuman, mendidik anak, atau mengizinkan bermain gadget. Hal-hal tersebut jika dilakukan setiap hari akan membentuk kebiasaan dalam diri anak.
Namun, ternyata tidak semua kebiasaan membawa dampak yang positif. Ada beberapa kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi si Kecil. Untuk itu, berikut adalah contoh kebiasaan buruk orangtua yang merugikan anak sehingga dapat dijadikan pembelajaran oleh Skandis
1. Memberi makanan berlebihan
Anak-anak yang dapat makan dan minum dengan lahap biasanya menjadi kebahagiaan bagi orangtuanya. Hingga secara tidak sadar, Skandis memberikan makanan dengan berlebihan untuk si Kecil. Selain itu, pemberian makanan cepat saji juga menjadi salah satu pilihan para orangtua karena dinilai cukup praktis. Padahal, makanan cepat saji yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan.
Jadi, sebaiknya berikan makanan yang memiliki kadar nutrisi dan gizi seimbang. Lebih baik, olahlah makanan sendiri di rumah sehingga kebersihan dan kesehatannya terjaga. Boleh saja memberikan makanan cepat saji untuk anak. Namun, jangan terlalu sering. Skandis pun bisa mengombinasikan makanan cepat saji dengan sayur atau buah segar.
2. Menakut-nakuti anak
Ketika anak sulit diatur atau bahkan sering menangis, tak jarang orangtua menakut-nakuti dengan sesuatu atau sosok tertentu. Anak pun akan diam dan menuruti keinginan orangtua. Hal ini merupakan kebiasaan yang dapat merugikan anak. Rasa takut yang diciptakan orang tua dapat masuk ke alam bawah sadar hingga dewasa. Bahkan, dapat memicu trauma dalam diri anak. Jadi, sebaiknya perilaku ini dihindari.
Baca Juga- Ingin Tingkatkan Kecerdasan Otak Anak ? Yuk Rutin Lakukan Hal Ini
- Ini 6 Ciri-Ciri Penyakit Jantung pada Anak yang Tak Boleh Diabaikan
- 7 Penyebab Anak Menjadi Pelaku Kekerasan
3. Bersikap emosional
Ada banyak sikap emosional Skandis yang secara tidak sengaja diluapkan pada anak. Misalnya, berteriak ketika anak salah, memarahi anak tanpa sebab, atau berperilaku kasar secara fisik. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan dampak negatif pada anak. Terutama mental atau psikologis si Kecil. Anak dapat merasa tidak dicintai, tidak dihargai, dan merasa tidak berguna. Maka, cobalah untuk tetap sabar dan tenang saat mendidik anak. Ajak anak untuk bersikap terbuka dan berdiskusilah. Hindari sikap emosional karena hanya membuang energi.
4. Mengancam anak
Mengancam mungkin menjadi salah satu perilaku yang sering tidak disadari. Misalnya, saat anak tidak mau menghabiskan makanannya, Skandis akan mengancam untuk tidak membelikannya mainan. Ancaman seperti ini mungkin dapat membuat anak langsung menuruti keinginan orangtua, tetapi tidak efektif dalam jangka panjang. Hal ini karena si Kecil akan terbiasa diancam terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu.
Anak pun akan sulit bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari dan tidak percaya diri. Selain itu, Skandis juga akan lelah karena harus membuang banyak energi untuk mengancam anak terus-menerus. Untuk itu, tetapkan aturan yang jelas dan batasan-batasan dengan tegas. Ajarkan anak untuk disiplin dan beri pemahaman agar dapat menaati aturan dalam keluarga yang telah disepakati.
5. Mengerjakan semua tugas
Saat anak mengeluh akan tugas rumah atau tugas sekolah, banyak orangtua yang tentu saja tidak tega dan ingin membantu. Bahkan, tak jarang malah menyelesaikan semua tugas anak. Membantu anak menuntaskan pekerjaannya adalah hal wajar. Namun, sebaiknya orangtua tetap melibatkan si Kecil.
Jika semua tugas anak dikerjakan oleh orangtua, mereka akan sulit untuk mandiri karena terlalu bergantung pada Skandis. Selain itu, anak juga tidak percaya diri karena merasa bahwa setiap pekerjaannya tak maksimal tanpa bantuan orangtua.
Source : https://www.msn.com/id-id/berita/other/waspadai-9-kebiasaan-buruk-orangtua-yang-dapat-merugikan-anak/ar-AA15NYmt?ocid=winp2fptaskbar&cvid=1d9cbfcc40094f719ace85be597378b6&ei=11