Hello Skandis
Terdengar seperti sebuah kampanye yang mengajak untuk hidup lambat dan santai, jauh dari produktif. Benarkah?
Slow living adalah sebuah seni menjalani hidup dengan mengutamakan hal-hal terbaik untuk dilakukan. Ditandai dengan mengambil pilihan dengan cara yang cermat dan tenang, jauh dari tergesa-gesa. Tidak memprioritaskan kuantitas tetapi fokus pada kualitas.
Jadi slow living mengajak para penganutnya untuk konsentrasi pada hal-hal baik sesuai kebutuhan, bukan terjebak pada keinginan dan praktek konsumtif yang tidak berkesudahan.
Nah, dalam hal apa saja kita bisa mempraktikkan slow living, yuk Skandis kita simak:
-
Sehat dengan Pola Makan Sederhana
Semakin populernya dunia kuliner belakangan, mau tidak mau menjebak diri untuk menjadikan makanan dan berbagai inovasinya sebagai kesenangan.
Tapi seringkali kita terlalu fokus pada kata “viral” hingga membuat kita menjatuhkan pilihan bukan pada kebutuhan tubuh untuk sehat. Makanan yang dipilih lebih sering yang praktis dan banyak mengandung gula atau garam yang berlebih.
Dengan menerapkan slow living pada pola makan maka kita akan memilih makanan yang bergizi, berasal dari alam, dan dalam jumlah yang cukup.
-
Antikonsumtif dalam Berbelanja
Kemudahan berbelanja dan promosi yang masif di berbagai platform menjadikan kita terlalu mudah untuk membelanjakan uang.
Alih-alih memudahkan hidup dengan yang praktis dan inovatif, justru menggiring kita terjebak pada keinginan yang didukung promo-promo pasar yang sebetulnya tidak berguna.
Slow living mengajak kita untuk cermat menggunakan uang. Fokus pada hemat dan menabung untuk kebutuhan masa depan yang lebih bermanfaat.
Bukan hanya itu saja slow living juga membuat kita berpandangan bahwa barang yang kita miliki tidak harus selalu kekinian, tetapi memiliki kualitas yang baik, fungsi yang menunjang hidup kita, dan jumlah yang secukupnya.
-
Ahli dalam Satu Bidang
Sudah berapa lama perhatian kita tersita pada hal-hal lebar yang ternyata pengetahuan kita sangat dangkal terhadapnya.
Ya, kampanye upgrading diri dengan berbagai skill yang mumpuni untuk menunjang kualitas hidup, justru kadangkala membuat kita menjadi pribadi yang ala kadarnya.
Baca Juga:
- Mengenal Apa Itu Konsep Slow Living
- Gaya Hidup Slow Living, Bantu Diri Terbebas dari Stres, Yuk Coba…
- Gaya Hidup “Slow Living”
Alangkah baiknya jika kita fokus pada satu bidang dan menekuninya. Bukan berarti berhenti disana, tidak sama sekali. Tapi mengerjakannya satu per satu agar mendapatkan hasil yang maksimal.
-
Mencipatakan Koneksi Keluarga dan Pertemanan Terbaik
Sudah pernah mengoreksi bagaimana kualitas hubungan keluarga dan pertemanan yang kita miliki? Jangan-jangan kita cenderung mengalir saja tanpa punya tujuan dalam menjalin hubungan.
Hubungan keluarga dan pertemanan perlu untuk di evaluasi dan ditingkatkan untuk mencapai keharmonisan dalam hidup.
Kita bisa fokus dengan orang-orang sefrekuensi dalam keluarga dan pertemanan tanpa menyingkirkan yang berada di bawah garis standarisasi.
Kita bisa menambah pengalaman hidup dan mempererat jalinan keakraban dengan melakukan berbagai aktifitas positif bersama. Atau bahkan menambah koneksi diluar itu semua dengan memilih yang terbaik, seirama, dan memberi dampak maju pada diri. Nah Skandis, itulah cara meningkatkan kualitas hidup dengan Slow Living. Semoga bermanfaat!
Oleh: Eka Sawitri Rahayu