Hello Skandis!
Pernikahan adalah ikatan suci. Meski pada kenyataannya, banyak yang menodai kesucian ikatan tersebut karena satu motif tertentu, bahkan sampai rela memberi cinta palsu dalam pernikahan. Cinta palsu dalam pernikahan bisa menimbulkan banyak sekali ‘red flag’ yang dapat merusak hubungan pernikahan itu sendiri.
Red flag mewakili peringatan awal akan sifat-sifat tidak sehat yang berpotensi merusak orang-orang yang terlibat dalam hubungan tersebut. Itu adalah sinyal kecil yang membuat suara hati berkata, Pasti ada sesuatu yang salah.
Cinta sejati bagaikan kokohnya akar pohon, menopang dan memberi kekuatan. Sedangkan cinta palsu ibarat benalu yang bisa menciptakan relationship red flag, menguras energi, dan perlahan melumpuhkan keutuhan rumah tangga.
Mengenali ciri-ciri cinta palsu sejak dini dapat menjadi tameng untuk menyelamatkan pernikahan. Ini juga membantu mengatasi red flag dalam hubungan itu sendiri. Berikut ciri cinta palsu dalam pernikahan yang perlu Bunda kenali sebelum berubah menjadi red flag.
Ciri cinta palsu dalam pernikahan
1. Kurang memiliki keintiman emosional
Pasangan yang memiliki cinta sejati biasanya memiliki keintiman emosional yang dalam. Mereka saling terbuka, berbagi perasaan dan pikiran, serta mampu memberi sekaligus menerima dukungan.
Sebaliknya, dalam pernikahan dengan cinta palsu, keintiman emosional kerap absen. Ada dinding pemisah yang menghalangi keterbukaan dan komunikasi yang jujur.
2. Sering ingkar janji
Pasangan dengan cinta palsu gemar melontarkan janji-janji manis, namun jarang menepatinya. Mereka pandai berkata-kata namun tindakan tidak sesuai dengan ucapan.
Hal ini membuat pasangan yang dicintai merasa dibohongi dan tidak dihargai. Dalam pernikahan, jika terus terulang maka bisa menimbulkan relationship red flag yang menghancurkan kepercayaan.
3. Fokus pada diri sendiri
Dalam pernikahan dengan cinta sejati, kebahagiaan dan kesejahteraan pasangan menjadi prioritas utama. Namun dalam cinta palsu, salah satu pihak atau bahkan keduanya, mungkin lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kebahagiaan pasangannya.
4. Kecemburuan yang tidak sehat
Kecemburuan dalam kadar tertentu wajar dalam hubungan. Namun dalam cinta palsu, kecemburuan seringkali muncul secara berlebihan dan tidak beralasan. Pasangan dengan cinta palsu mungkin posesif, mengontrol, dan selalu curiga terhadap Skandis.
Hal ini sering menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga. Jika pasangan mencoba mendikte siapa yang Skandis lihat, apa yang Skandis lakukan, atau bahkan bagaimana membelanjakan uang Anda, itu perilaku yang mengendalikan bukan cemburu.
5. Tidak saling percaya
Kepercayaan adalah fondasi utama dalam sebuah pernikahan. Tanpa kepercayaan, hubungan akan rapuh dan mudah goyah.
Dalam cinta palsu, rasa percaya sulit terbangun. Kebohongan, pengkhianatan, dan manipulasi dapat mengikis kepercayaan hingga hilang sama sekali.
6. Tidak mau berkompromi
Kompromi dan kemampuan mengalah merupakan hal penting dalam pernikahan. Pasangan dengan cinta sejati tahu bagaimana mengatasi perbedaan pendapat dan menemukan titik temu.
Sebaliknya, dalam cinta palsu, ego masing-masing pihak seringkali lebih diutamakan. Ketidakterbukaan terhadap kompromi dan ketidakmampuan mengalah dapat membuat konflik terus-menerus terjadi. Jika pasangan menolak untuk berkompromi atau bahkan berdiskusi terbuka tentang perbedaan, itu adalah tanda bahaya. Tanpa kompromi akan sulit untuk mencapai tingkat saling menghormati.
7. Kekerasan verbal dan fisik
Kekerasan, baik verbal maupun fisik, tidak memiliki tempat dalam pernikahan yang sehat. Pasangan yang saling mencintai akan berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang baik-baik. Dalam cinta palsu, kekerasan bisa menjadi senjata untuk memanipulasi, mengontrol, dan mengintimidasi Bunda.
Taktik ini dirancang untuk membuat Anda merasa sangat buruk terhadap diri sendiri dan hubungan, jadi Skandis akan berhenti dan melakukan kerja keras untuk mereka.
8. Kurang empati dan peduli
Pasangan yang saling mencintai memiliki empati dan peduli satu sama lain. Skandis dan pasangan Skandis akan berusaha untuk saling mengerti dan mendukung.
Jika itu cinta palsu, empati dan kepedulian seringkali tidak terlihat. Pasangan dengan cinta palsu mungkin egois, tidak peka terhadap perasaan pasangannya, dan hanya mementingkan diri sendiri.
9. Super posesif
Pasangan dengan cinta palsu mungkin berusaha mengisolasi pasangannya dari keluarga dan teman. Ini dilakukan untuk memperkuat kontrol dan mencegah pasangannya mendapat dukungan dari orang lain.
10. Ketergantungan yang tidak sehat
Ketergantungan yang tidak sehat dalam sebuah pernikahan bisa menjadi indikator cinta palsu. Salah satu pihak mungkin sangat bergantung pada pasangannya secara finansial, emosional, bahkan fisik.
Meski terdengar menyenangkan menjadi segalanya bagi seseorang, hal itu sebenarnya bisa menjadi tanda bahaya besar. Ketergantungan ini bisa dimanfaatkan oleh pasangan yang tidak memiliki cinta sejati untuk mengontrol dan memanipulasi.
Jika Skandis menemukan beberapa atau bahkan sebagian besar ciri-ciri di atas dalam pernikahan saat ini, penting untuk segera mencari bantuan dari pihak profesional seperti konselor pernikahan atau psikolog.
Ingat, pernikahan yang sehat dan bahagia dibangun atas dasar cinta sejati, kepercayaan, komunikasi terbuka, dan komitmen bersama. Jangan biarkan Skandis sendiri terjebak dalam pernikahan dengan cinta palsu.
Nah Skandis itulah 10 Ciri Cinta Palsu Dalam Pernikahan Menurut Pakar. Semoga bermanfaat.
Baca Juga:
- Jangan Ketipu! Ini Bedanya Penyesalan dan Rasa Bersalah Setelah Pasangan Selingkuh
- 3 Shio Pasangan Red Flag, Terlalu Posesif dan Suka Mengontrol, Yakin Masih Mau Bertahan?
- Tanda-Tanda Pria Sudah Tidak Cinta Lagi Dengan Pasangannya
- 5 Love Language Agar Kamu Lebih Mengenal Pasangan
Artikel ii telah tayang di msn.com Dengan judul: “10 Ciri Cinta Palsu Dalam Pernikahan Menurut Pakar, Awas Red Flag Lho!”