Hello Skandis!
Skandis mungkin bertanya-tanya di umur berapakah anak bayi boleh memakan daging kambing? Apalagi pada Hari Raya Idul Adha yang sebentar lagi dirayakan, di mana daging kambing menjadi salah satu menu utama yang disajikan untuk keluarga. Daging kambing adalah salah satu sumber protein yang tak kalah bermanfaat bagi tubuh. Banyak sekalian kandungan nutrisi di daging ini yang dapat membantu pertumbuhan otot, tulang, dan jaringan tubuh.
Meskipun begitu, banyak Bunda masih merasa ragu dan enggan untuk mengolah daging kambing sebagai menu pendamping ASI (MPASI). Ini dikarenakan bau daging kambing yang menyengat, serta dianggap sebagai pemicu darah tinggi dan kolesterol. Alhasil, protein hewani satu ini banyak dihindari konsumsinya, terlebih untuk anak-anak.
Namun, tahukah Skandis jika dibandingkan dengan daging sapi, daging kambing sendiri memiliki kandungan lemak yang lebih rendah, lho, Skandis. Bahkan para ahli nutrisi pun tidak melarang bayi untuk mengonsumsi daging kambing. Daging kambing aman untuk diolah dan dimakan oleh anak-anak sedari dini. Namun, Skandis perlu tahu dahulu di umur berapakah Si Kecil bisa memakannya dan cara mengolahnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut informasi seputar konsumsi daging kambing bagi anak bayi, yuk simak penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini.
Kapan anak bayi boleh makan daging kambing?
Skandis, sebelum memberikan Si Kecil olahan makanan daging kambing, pastikan dahulu usia bayi sudah boleh untuk mengonsumsinya, ya. Bila tidak memperhatikan faktor ini, bayi akan mudah tersedak karena tekstur makanan yang sulit dicernanya.
Lantas di usia berapakah anak bayi sudah mampu mencerna dengan baik olahan daging kambing?
Nah, menurut ahli gizi anak, bayi pada usia 7-10 bulan sudah boleh diperkenalkan untuk memakan olahan daging kambing. Olah daging menjadi tekstur makanan yang sesuai dengan kemampuan konsumsi bayi.
Daging kambing perlu dicincang halus terlebih dahulu. Selain itu, pastikah untuk mengolah bersih dagingnya. Buang lemaknya dan olah sajian ini bersama sumber protein hewani lainnya.
Daging terbaik untuk bayi
Konsumsi jenis daging merah yang baik untuk bayi tidak memandang dari hewan apakah ia berasal. Baik sapi, kambing, domba, ayam, hingga kalkun pun sama baiknya untuk diberikan kepada Si Kecil. Protein hewani, baik bagian daging dan jeroan adalah sumber protein yang memiliki nutrisi dalam jumlah yang tinggi. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang perlu diketahui saat Skandis menyajikan olahan daging sebagai MPASI bayi, yaitu:
- Pilihlah daging kalkun yang berwarna lebih gelap. Zat besi di hati ayam lebih tinggi dua kali lipat jika dibandingkan hati sapi.
- Sajikan olahan daging dalam tingkat kematangan yang sempurna.
- Hindari olahan daging cepat saji sebab kandungan pengawet dan bahan kimianya cukup tinggi untuk dikonsumsi bayi.
- Hindari proses menggoreng daging untuk dikonsumsi bayi.
- Hindari memanaskan olahan masakan dari daging lebih dari sekali.
- Hindari penggunaan garam saat mengolah daging.
Skandis perlu ingat saat mengenalkan daging untuk pertama kalinya pada anak melalui MPASI, perhatikan juga bila ada gejala alergi, ya. Hentikan pemberian daging apabila Si Kecil menunjukkan tanda alergi, seperti mual atau ruam merah pada kulit.
Cara mengenalkan daging pada bayi
Untuk mengenalkan daging pada bayi, Skandis perlu melalui beberapa tahap. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu Si Kecil beradaptasi pada makanan yang ia konsumsi. Pada masa-masa awal, sebaiknya Skandis mengolah daging dengan menjadikannya tekstur yang halus, seperti puree. Olahan puree daging ini dapat dicampur dengan ASI, buah, atau sayur, agar bayi tidak kaget dengan rasa baru tersebut.
Skandis juga bisa memilih pendamping buah atau sayuran yang tinggi vitamin C. Vitamin jenis ini akan membantu penyerapan zat besi yang lebih baik. Selanjutnya, apabila bayi sudah bisa mengonsumsi makanan dalam tekstur yang lebih kasar, Skandis bisa mulai mengolah daging menjadi cincang atau giling. Gabungkan daging ini dalam sup sayuran dan protein lainnya.
Tekstur daging seperti suwiran atau irisan tipis bisa diberikan apabila bayi sudah bisa diberikan makanan cemilan, seperti finger food. Umumnya tekstur daging ini diberikan saat Si Kecil berusia 9-10 bulan.
Manfaat makan daging kambing
Tak kalah dengan daging dari hewan lainnya, daging kambing juga memiliki jumlah nutrisi yang tinggi. Banyak manfaat yang diperoleh bayi apabila mengonsumsi daging satu ini. Daging kambing memiliki jumlah gizi yang lebih baik dibandingkan sapi dan ayam. Bahkan kandungan lemak dan kolesterol daging kambing pun lebih rendah dibandingkan dua daging hewan sebelumnya.
Dalam 100 gram daging kambing mengandung kolesterol sejumlah 57 mg, sedangkan masing-masing daging sapi dan ayam dapat mengandung jumlah kolesterol yang mencapai 83-89 mg. Selain itu, daging kambing juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang penting untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tulang dan jaringan tubuh. Protein hewani ini kaya akan vitamin B (B2, B3, dan B12), serta selenium, dan seng.
Vitamin B, terutama B12, adalah nutrisi yang penting dalam jaringan tubuh. Asupan vitamin ini akan membantu proses produksi sel darah merah di tubuh. Dengan demikian, bayi dapat terhindar dari risiko anemia dini. Selanjutnya, daging kambing juga salah satu sumber zat besi terkaya yang bermanfaat untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak bayi. Bayi akan memiliki fungsi imun yang lebih sehat dan kebal.
Tak hanya itu, kandungan asam lemak omega 3 yang terdapat di daging kambing akan membantu dalam pembentukan struktur otak dalam bermain fungsi kognitif. Si Kecil nantinya akan lebih tangkas untuk memahami apa yang diajarkan oleh orang sekitar. Selain bagian daging, otak kambing juga memiliki manfaat tinggi untuk kesehatan bayi. Otak kambing mengandung omega 3 dan zat fosfatidilserin. Zat ini akan menjaga daya tahan ingat otak anak seiring bertambahnya usia.
Dampak konsumsi daging merah berlebihan
Meskipun daging merah, seperti daging kambing memiliki banyak manfaat dalam kesehatan dan perkembangan fungsi jaringan tubuh bayi, Skandis wajib membatasi pemberian konsumsi daging ini.
Daging kambing memiliki efek thermogenic apabila dikonsumsi dalam jumlah besar. Thermogenic effect adalah sensasi panas yang dihasilkan sistem metabolisme ketika mencerna daging. Mengonsumsi daging kambing dalam jumlah besar membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menghasilkan energi. Apalagi kalau daging dimasak dengan kadar garam yang tinggi, risiko hipertensi akan semakin meningkat.
Tak hanya itu, dalam laman Healthline juga menjelaskan beberapa studi penelitian bahkan mengaitkan konsumsi daging kambing berlebihan bisa berujung pada kanker. Hal ini disebabkan oleh proses memasak dari suhu tinggi pada daging, dapat memicu pembentukan amina polistik dan amina heterolistik. Kedua hal tersebut adalah zat kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker pada manusia.
Dengan demikian, ketika ingin memberi makan bayi olahan daging kambing, perhatikan cara memasak dan jumlah asupan konsumsinya, ya Skandis.
Cara menyajikan daging kambing untuk balita
Ketika memberikan balita asupan dari olahan daging kambing, Skandis perlu tahu cara menyajikan masakan satu ini. Selain untuk berjaga-jaga atas keamanan asupan, hal ini juga dilakukan untuk memaksimalkan jumlah asupan gizi yang diserap. Untuk itu, Skandis perlu memilih bagian daging yang minim lemak. Biasanya bagian tersebut terletak di paha atas dan bahu kambing. Selain kandung lemak yang rendah, bagian tersebut juga lebih mudah untuk diolah menjadi MPASI.
Selain itu, saat memasak daging, gunakan metode masak dengan cara dipanggang daripada digoreng. Hal ini bermanfaat untuk menghilangkan kandungan lemak lebih maksimal.
Nah, untuk melengkapi asupan gizi dari resep penyajian MPASI daging kambing, campurkan olahan masakan dengan sayur mayur, seperti brokoli, wortel, pakcoy, atau labusiam. Kandungan vitamin dan mineral di sayur tersebut akan membantu penyerapan gizi yang maksimal.
Nah, kini Skandis sudah tahu ya, di umur berapakah anak bayi dapat makan dengan aman olahan daging kambing. Selain usia, cara mengolah daging juga menjadi penentu keamanan Si Kecil saat melahap olahan protein hewani ini. Semoga informasi ini bermanfaat yah Skandis!
Artikel ini telah tayang di msn.com dengan judul:Umur Berapa Anak Bayi Boleh Makan Daging Kambing? (msn.com)