Beragam klaim pengobatan tradisional memberikan tawaran menggiurkan, salah satunya ‘meluruskan’ tulang bengkok. Memangnya bisa? Dokter menjelaskan dari kacamata medis. Selain patah tulang, Ida Dayak diklaim bisa ‘meluruskan’ tulang bengkok. Janji menggiurkan seperti ini sebenarnya sudah banyak ditemukan dalam aneka pengobatan tradisional di Nusantara.
Pengobatan tradisional lewat pijat, teknik ‘meluruskan’ atau menarik tulang memang terdengar praktis. Bahkan, ada yang sudah membuktikan keampuhannya dalam menyembuhkan patah tulang. Namun, Erica Kholinne, dokter spesialis bedah ortopedi-konsultan bahu dan siku, berkata tidak semua patah tulang bisa diobati dengan pengobatan tradisional.
“Tidak semua patah tulang dapat diobati secara efektif dengan pemijatan, manipulasi, ‘diluruskan’, dan upaya untuk melakukannya berpotensi menyebabkan kerusakan lebih lanjut atau menunda perawatan medis yang tepat,” kata Erica dalam wawancara tertulis dengan CNNIndonesia.com, Kamis (6/4).
Ia mengajak Anda untuk menilik kembali definisi sembuh dalam kasus patah tulang. Sembuh, kata dia, memiliki dua definisi. Pertama, tulang kembali ke bentuk semula (menyatu) seperti sebelum patah. Kemudian yang kedua, tidak ada rasa nyeri saat digerakkan dan dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Saat pasien berobat ke pengobatan tradisional dan kebetulan berhasil, masyarakat menganggap bahwa metode ini jadi jalur penyembuhan. Sebaliknya, lanjut Erica, jika kebetulan gagal dan tulang tetap bermasalah, maka individu tidak bisa beraktivitas dengan normal. “Kata kebetulan bisa digarisbawahi untuk hal ini karena sebagian besar praktik pengobatan tradisional tidak menggunakan pemeriksaan radiografi (rontgen / x-ray) sebelum dan sesudah tindakan ‘meluruskan’ tulang,” katanya.
Padahal, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk bahan analisis secara objektif, bukan melalui proses ‘kebetulan’. Tentu, pemeriksaan ini hanya bisa didapat lewat penanganan medis.
Risiko pengobatan tradisional
Sebagai dokter, Erica sendiri tak jarang menerima kasus ‘limpahan’ yang berasal dari praktik pengobatan tradisional. Erica pernah menangani kasus dislokasi bahu atau siku yang sempat dipijat di pengobatan alternatif. Saat evaluasi radiografi (rontgen), ia menemukan pasien mengalami dislokasi sendi. Masalah yang awalnya cukup diselesaikan tanpa operasi, jadi harus operasi akibat penanganan kurang tepat sebelumnya.
“Ini yang disebut neglected dislocation yang tadinya sangat mungkin diselesaikan dengan reduksi tertutup (closed reduction) tanpa sayatan, sekarang memerlukan tindakan operasi rekonstruksi mayor,” kata dokter yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti ini. Untuk kasus cedera tulang ringan seperti tulang retak atau keseleo, pengobatan alternatif dapat mendukung kesembuhan pasien. Namun, untuk kasus lebih berat, apalagi ditambah luka terbuka, pasien harus dibawa ke fasilitas kesehatan.
Apa yang terjadi jika kasus yang seharusnya ditangani secara medis lalu nekat ditangani secara tradisional? Jawabannya adalah kesalahan diagnosis, keterlambatan pengobatan, dan kemungkinan hasil lebih buruk bagi pasien. Ahli di pengobatan tradisional kemungkinan tidak memiliki latar belakang pelatihan dan keahlian yang sama dengan tenaga medis dalam diagnosis dan perawatan kondisi tulang yang kompleks.
Dalam beberapa kasus, pengobatan tradisional kurang efektif dan pasien datang ke dokter dalam kondisi ‘terlambat’. Hal ini bisa berakibat komplikasi atau kerusakan permanen pada tulang dan sendi sehingga perlu perawatan lebih invasif atau mahal di kemudian hari.
Perawatan menggunakan obat tradisional juga kemungkinan memiliki efek samping atau interaksi obat yang dikonsumsi pasien. Komplikasi bisa saja terjadi. Sangat penting mendiskusikan pilihan perawatan dengan tenaga medis berkualifikasi. Tenaga medis akan membantu membuat keputusan berdasarkan kebutuhan dan kondisi pasien.
“Meskipun pengobatan tradisional dapat membantu dalam situasi tertentu, pengobatan tradisional tidak digunakan sebagai pengganti perawatan medis dari dokter atau spesialis ortopedi yang berkualifikasi,” kata Erica.
Source : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230410091504-255-935519/praktik-meluruskan-tulang-bengkok-dokter-ingatkan-bahayanya/2