Halo Skandis!
Saat memilih susu formula untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil, apakah Mama sudah tahu bahwa ada kandungan sukrosa dan fruktosa di dalamnya? Meskipun tidak selalu berdampak langsung, kandungan tersebut tetap perlu diperhatikan.
Menurut First Steps Nutrition, penggunaan fruktosa dan sukrosa dalam susu formula sebaiknya dibatasi, karena bisa menyebabkan masalah serius, bahkan berisiko fatal, pada bayi dengan intoleransi fruktosa turunan. Meskipun kondisi ini tergolong langka, diperkirakan 1 dari 20.000 bayi dapat terpengaruh (Koletzko et al, 2005).
Lalu, apa sebenarnya sukrosa dan fruktosa dalam susu formula? Bagaimana dampaknya terhadap tubuh si Kecil? Berikut ini kami merangkum informasi penting mengenai perbedaan sukrosa dan fruktosa dalam susu formula.
1. Apa itu Sukrosa?
Apakah Skandis pernah mendengar istilah sukrosa? Sukrosa adalah nama ilmiah untuk gula meja. Gula ini termasuk dalam kategori disakarida, yang terdiri dari dua monosakarida yang saling terikat dan terpecah selama proses pencernaan. Sukrosa sendiri terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa (50% glukosa dan 50% fruktosa).
Sukrosa secara alami ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, namun juga sering ditambahkan ke dalam makanan olahan seperti permen, es krim, sereal, makanan kaleng, soda, dan minuman manis lainnya. Sukrosa yang ditemukan dalam makanan olahan biasanya diekstraksi dari tebu atau bit gula. Meskipun rasanya kurang manis dibandingkan dengan fruktosa, sukrosa tetap lebih manis daripada glukosa.
2. Apa itu Fruktosa?
Fruktosa, yang sering disebut “gula buah”, adalah monosakarida, mirip dengan glukosa. Fruktosa terdapat secara alami dalam buah-buahan, madu, agave, dan sebagian besar sayuran akar. Fruktosa juga sering ditemukan dalam bentuk sirup jagung fruktosa tinggi yang ditambahkan ke makanan olahan. Fruktosa lebih manis dibandingkan glukosa dan sukrosa, namun memiliki dampak yang lebih kecil terhadap kadar gula darah.
3. Bagaimana Penyerapan dan Penggunaan Sukrosa dalam Tubuh?
Saat sukrosa dikonsumsi, enzim di mulut mulai memecahnya menjadi glukosa dan fruktosa. Namun, sebagian besar proses pencernaan terjadi di usus halus, di mana enzim sukrase memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, yang kemudian diserap ke dalam aliran darah.
Glukosa dapat meningkatkan jumlah fruktosa yang diserap dan merangsang pelepasan insulin. Jika fruktosa dan glukosa diserap secara bersamaan, ini bisa lebih membahayakan kesehatan dibandingkan jika keduanya dikonsumsi terpisah. Inilah mengapa konsumsi sirup jagung fruktosa tinggi dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas dan diabetes.
4. Bagaimana Penyerapan dan Penggunaan Fruktosa dalam Tubuh?
Fruktosa diserap langsung ke dalam aliran darah dari usus halus, namun dampaknya terhadap gula darah lebih bertahap dibandingkan glukosa. Meskipun tidak langsung memengaruhi kadar insulin, fruktosa dapat memiliki efek negatif jangka panjang, terutama karena hati harus mengubah fruktosa menjadi glukosa sebelum dapat digunakan tubuh sebagai energi.
Konsumsi fruktosa berlebihan dalam diet tinggi kalori dapat meningkatkan kadar trigliserida darah dan berisiko menyebabkan sindrom metabolik serta penyakit hati berlemak nonalkohol.
5. Dampak Jangka Panjang pada Bayi yang Perlu Diwaspadai
Tidak ada yang salah dengan memberikan susu formula pada bayi, tetapi bayi dengan intoleransi fruktosa bawaan berisiko mengalami gagal hati akut jika diberi susu formula yang mengandung fruktosa.
Dokter menyarankan agar produsen susu formula bayi menghilangkan fruktosa dan sukrosa, atau memberikan label yang jelas agar orang tua bisa menghindari pemanis ini jika diperlukan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa beberapa bayi dengan intoleransi fruktosa mengalami gagal hati akut, yang dapat sembuh saat mereka beralih ke susu formula tanpa fruktosa.
Masalah ini biasanya tidak muncul jika bayi disusui secara eksklusif, dan umumnya baru terdeteksi ketika makanan padat yang mengandung fruktosa, seperti buah, mulai diperkenalkan. Beberapa susu formula, terutama yang berbahan dasar kedelai, mengandung pemanis seperti sirup jagung fruktosa tinggi atau sukrosa, yang bisa sangat berisiko. Oleh karena itu, penting bagi Skandis untuk memeriksa label dengan teliti.
Semoga rangkuman ini membantu Skandis dalam memilih susu formula yang tepat untuk si Kecil, agar kebutuhan nutrisinya dapat tercapai dengan aman selama masa tumbuh kembangnya!