Hello Skandis!
Skandis, baru-baru ini perseteruan antara dua food vlogger Farida Nurhan dan Codeblu menjadi perbincangan seru di media sosial. Permasalahannya adalah review jujur Codeblu terhadap warung makan Nyak Kopsyah milik Bang Madun, yang semula mendapat ulasan tidak menyenangkan dari seorang content creator bernama Aa Juju.
Farida Nurhan merasa Codeblu berlaku keterlaluan dengan memosting ulasannya yang sama persis dengan Aa Juju setelah respon marah yang disampaikan Bang Madun terhadap review Apa Juju. Bahkan Farida Nurhan mengejek cara review Codeblu yang hanya berbentuk video bersuara, tanpa memperlihatkan wajah Codeblu.
Melihat kasus di atas timbullah sebuah pertanyaan. Apakah salah mengulas sebuah restoran dan sajian yang dihidangkan secara jujur dan benar. Bukankah hal tersebut justru memberi informasi kepada masyarakat untuk jeli dalam memilih restoran. Hal ini juga menjadi bahan koreksi pemilik usaha untuk meningkatkan kualitas, fasilitas, dan inovasi untuk bisa tetap bertahan di dunia kuliner.
Ternyata hal ini menuai pro dan kontra, Skandis. Tidak sedikit netizen yang memuji Aa Juju dan Codeblu yang secara jujur dan terbuka memberi informasi dan edukasi sehingga masyarakat tidak mudah mengiyakan dan tergiur dengan review makanan yang selama ini beredar.
Namun banyak juga yang mengatakan bahwa hal seperti ini dapat menjadi kompromi content creator dan pengusaha restoran untuk memperbaiki temuan yang minus dan salah sebelum memublikasikannya. Skandis setuju yang manakah?
Pada intinya dari sini kita jadi mengenal ternyata ada aturan untuk mengulas kuliner yang dinikmati. Jadi apa sajakah hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan ulasan, simak yuk Skandis!
• Berilmu sebelum Mengulas
Maksud dari berilmu adalah memiliki pengetahuan yang luas mengenai kuliner. Tidak sekedar mengikuti tren dalam me-review sehingga menghasilkan ulasan yang informatif dan mampu mengedukasi.
Food blogger dan vlogger harus mengetahui tentang tehnik memasak, perbedaan berbagai macam bumbu masak, jika di Indonesia di kenal bumbu dasar putih, merah, dan kuning. Tidak hanya sampai disitu, pengulas juga harus mengetahui latar belakang makanan tersebut tercipta, ini sangat bermanfaat dalam me-review makanan tradisional.
Mengetahui tentang restoran atau warung makan tempat makanan tersebut di ulas pun sangat diperlukan. Bahkan tidak sedikit penikmat review kuliner tertarik dengan tahun didirikannya dan sudah generasi ke berapa yang mengelola hingga hari ini. Hal ini menumbuhkan kepercayaan bahwa restoran atau warung makan tersebut memang memiliki dedikasi dan kualitas sehingga mereka berniat untuk ikut mencicipi menu yang ditawarkan.
• Meminta Izin sebelum Review
Izin menjadi hal yang wajib sebelum melakukan ulasan. Permohonan izin untuk me-review perlu disampaikan beberapa waktu sebelum kedatangan. Jangan biarkan pemilik restoran atau warung makan merasa bahwa food blogger dan vlogger ini adalah tamu tidak di undang.
Sampaikan secara jelas tujuan kedatangan dan apa saja yang akan menjadi bahan review. Ini dapat mempermudah memperoleh foto atau video yang akan dipublikasikan. Lakukanlah sesi wawancara sebelum mengulas agar diperoleh sejarah singkat mengenai restoran atau warung makan.
Biasanya dari pembicaraan ini juga akan diperoleh bagaimana proses publikasi ini akan naik ke media. Sebagian diantaranya menggunakan sistem berbayar, sehingga pengulas mendapat fasilitas dan makanan secara cuma-cuma, atau review akan naik memang sebagai pekerjaan, sehingga semua dilakukan secara apa adanya tanpa tambahan keunggulan yang diminta pengusaha restoran dan warung makan untuk dimasukkan dalam ulasan. Dan tentu saja tidak menutup kemungkinan berbagai metode kesepakatan lainnya antara pengulas dan pengusaha.
• Mengulas dengan Jelas
Banyak bukan ditemui pe-review yang menyampaikan ulasan dengan sangat membingungkan. Lucunya lagi pada hari ini hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah dan bahkan hits. Beberapa review makanan hanya disampaikan dengan kalimat: enak banget, approved, wajib coba, manis kecapnya pas, gurihnya gak ninggal di tenggorokan, dll
Dalam me-review makanan gunakanlah kalimat yang jelas dalam mendeskripsikannya. Hindari menyampaikan sesuatu yang menjadi sifat dasar bumbu yang digunakan, seperti pedasnya pas, manisnya gak berlebihan, dan kata-kata sejenis. Sampaikanlah macam rasa yang ada pada makanan yang dicicipi tanpa memberi respon pribadi secara berlebihan. Hal ini karena tingkat rasa setiap orang berbeda, kata pas belum tentu disetujui oleh orang lain saat mencicipi.
Lakukan step by step review dengan rapi, misalnya dengan menyampaikan letak restoran, sejarah singkat, nama menu dan proses pembuatannya, hingga yang terakhir deskripsi makanan. Gunakan kalimat yang sopan, ramah, informatif, dan edukatif. Saat menggunakan kalimat pujian sampaikan dengan baik dan benar. Hindari memberi pujian secara berlebihan karena akan membuat audience bertanya-tanya tentang keaslian review. Saat mengkritik pun harus disampaikan dengan baik agar tidak menyinggung tapi justru membangun.
Nah, demikianlah beberapa aturan dan etika dalam melakukan ulasan makanan. Dari sini kita juga bisa memahami ya, Skandis, bahwa sebagai penikmat review makanan kita juga wajib cerdas untuk mengetahui kebenaran review. (Eka Sawitri Rahayu)