Halo Skandis!
Puasa Ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh serta memperbaiki kebiasaan hidup menjadi lebih baik. Ramadan adalah waktu yang tepat bagi sebagian orang untuk mengurangi berat badan, mengatasi masalah jantung, kolesterol, hingga tekanan darah tinggi.
Sayangnya, masih banyak orang yang melakukan kesalahan dalam pola makan dan kebiasaan selama berpuasa yang justru bisa mengurangi manfaat puasa itu sendiri. Mulai dari makan berlebihan saat sahur dan berbuka, hingga kurangnya asupan cairan, kebiasaan-kebiasaan ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan dan energi selama menjalani puasa.
Dilansir dari Drsumaiyah.com dan Egypttoday.com, berikut adalah kesalahan-kesalahan umum yang sebaiknya Skandis hindari saat menjalankan ibadah puasa:
1. Makan Berlebihan Saat Berbuka
Setelah seharian menahan lapar dan haus, tentu saja wajar jika tubuh merasa sangat lapar saat berbuka. Namun, berbuka dengan cara yang sehat bukan berarti harus makan dalam porsi besar, melainkan mengatur pola makan dengan baik. Menurut Sumaiya, pemilik Klinik NutriCare Dr. Sumaiya, makan berlebihan justru bisa membebani sistem pencernaan, menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, bahkan penambahan berat badan.
Kebiasaan ini juga bisa mengurangi manfaat kesehatan dari puasa. Kunci berbuka yang baik adalah keseimbangan. Pastikan menu berbuka mengandung protein, karbohidrat kompleks, lemak sehat, serta sayuran. Praktikkan mindful eating dengan lebih memperhatikan sinyal kenyang tubuh dan berhenti makan sebelum merasa terlalu penuh.
Mulailah berbuka dengan kurma dan air putih sesuai sunnah, lalu beri jeda beberapa menit, misalnya dengan menunaikan salat Maghrib. Setelah itu, konsumsi makanan secara perlahan, dimulai dengan sup untuk menghangatkan perut dan salad untuk membantu pencernaan.
2. Kurang dan Terlalu Banyak Minum Air
Kurang minum air saat puasa dapat menyebabkan dehidrasi, yang ditandai dengan pusing, lemas, dan sulit berkonsentrasi. Selama berjam-jam tubuh tidak mendapatkan asupan cairan, sementara aktivitas tetap berjalan seperti biasa. Jika kebutuhan cairan tidak tercukupi sejak sahur, risiko kelelahan dan gangguan metabolisme pun meningkat.
Untuk menjaga hidrasi lebih lama, pastikan Skandis mengonsumsi air dalam jumlah cukup dan memilih makanan dengan kandungan air tinggi, seperti semangka, melon, atau apel. Sebaliknya, langsung minum banyak air saat berbuka juga merupakan kebiasaan yang salah. Menurut Sumaiya, kebiasaan ini bisa membebani lambung, menyebabkan kembung, dan berisiko mengencerkan enzim pencernaan sehingga menghambat proses pencernaan yang baik.
Bahkan jika yang diminum adalah air dingin dalam jumlah besar, hal itu dapat menghambat sirkulasi darah di perut, berisiko menimbulkan nyeri. Cara terbaik adalah memulai berbuka dengan air hangat atau suhu ruangan, lalu minum secara bertahap sepanjang malam antara berbuka dan sahur untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi.
3. Mengonsumsi Makanan Tinggi Gula Berlebihan
Konsumsi gula berlebihan bisa menyebabkan lonjakan energi yang cepat, namun selanjutnya diikuti dengan penurunan drastis yang membuat tubuh mudah lemas. Asupan gula yang tinggi juga berisiko meningkatkan berat badan dan mengganggu kontrol gula darah, terutama bagi penderita diabetes. Penelitian yang dikutip Sumaiya dari American Journal of Clinical Nutrition mengaitkan konsumsi minuman manis yang berlebihan dengan risiko lebih tinggi terhadap sindrom metabolik.
Selain itu, mengonsumsi makanan manis langsung setelah berbuka juga dapat memicu penumpukan lemak dan meningkatkan kadar kolesterol. Jika Skandis ingin mengonsumsi makanan manis, sebaiknya lakukan setelah salat Isya dan dalam porsi kecil.
Kurangnya konsumsi buah juga merupakan kebiasaan yang sering diabaikan saat Ramadan, padahal buah kaya akan vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh dengan pemanis alami. Buah juga berperan dalam menjaga berat badan dan membantu melawan obesitas. Sebagai alternatif yang lebih sehat, pilih jus buah buatan sendiri yang diencerkan dengan air, teh herbal, atau infused water dengan mentimun dan mint untuk menjaga keseimbangan nutrisi selama puasa.
4. Melewatkan Sahur
Santap sahur berperan sangat penting dalam menjaga energi sepanjang hari. Beberapa orang melewatkan sahur karena malas menyiapkan makanan, terlalu kenyang setelah berbuka, atau menganggapnya sebagai cara menurunkan berat badan. Namun, melewatkan sahur dapat menyebabkan gula darah rendah, sakit kepala, kelelahan, rasa lapar berlebihan, bahkan kesulitan berkonsentrasi. Selain itu, tidak sahur meningkatkan kemungkinan makan berlebihan saat berbuka.
Untuk sahur yang bernutrisi, pilih makanan yang dicerna secara lambat seperti roti gandum, oatmeal, atau nasi merah yang dikombinasikan dengan protein seperti telur, yogurt, atau lentil. Tambahkan juga lemak sehat dari kacang-kacangan, biji-bijian, atau alpukat agar energi lebih tahan lama. Hindari makanan asin dan pedas yang bisa memicu rasa haus berlebih. Agar manfaatnya lebih maksimal, sahur sebaiknya dilakukan mendekati waktu imsak.
5. Terlalu Banyak Konsumsi Gorengan dan Makanan Berminyak
Bagi banyak orang Indonesia, berbuka puasa tanpa gorengan terasa kurang lengkap, seperti pisang goreng hingga bakwan. Namun, gorengan ini umumnya tinggi lemak dan kalori yang dapat memicu kenaikan berat badan, rasa lemas, serta meningkatkan rasa haus. Selain itu, konsumsi makanan berminyak setelah seharian berpuasa berisiko menyebabkan gangguan pencernaan, obesitas, serta meningkatkan asam lambung.
Agar lebih sehat, batasi konsumsi gorengan saat berbuka. Pilih metode memasak yang lebih baik, seperti memanggang, mengukus, atau menggunakan air fryer.
Berpuasa bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang membentuk kebiasaan makan dan pola hidup yang lebih sehat. Dengan pola makan yang lebih seimbang dan gaya hidup yang baik, puasa tidak hanya menjadi ibadah yang bermanfaat secara spiritual, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh.