Hello Skandis!
Di kalangan milenial, tak sedikit orang tua yang mulai menerapkan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif merupakan jenis pola asuh yang memungkinkan orang tua tetap memberikan perintah kepada anak, tapi di satu sisi juga berperan mendengarkan anak.
Jenis pola asuh ini dipercaya dapat mendukung stimulasi tumbuh kembang anak, termasuk membentuk kepribadian sekaligus kebaikan emosionalnya. Meski begitu, bisakah kita menggali minat dan bakat anak dengan penerapan pola asuh otoritatif?
Meski bersifat solutif, Skandis harus ingat bahwa penggalian minat dan bakat pada masing-masing anak adalah suatu proses yang panjang. Apalagi, minat dan bakat itu adalah suatu hal yang berbeda.
Minat adalah hal yang anak minati, sedangkan bakat adalah hal yang diturunkan kepada anak. Bakat pada setiap anak tidak sepenuhnya diturunkan dari orangtuanya saja.
Melainkan, bisa diturunkan dari kakek, nenek, om, tante, atau relatif dari anak tersebut. Jadi, kalau misalkan ada om atau tantenya yang jago gambar dan anaknya juga bisa menggambar tanpa harus les, jangan-jangan dia (anak tersebut) memang ada bakat.
Namun sewaktu-waktu, gambar anak tersebut terkesan tidak sebagus yang lain karena mungkin tidak dikasih kesempatan untuk mengeksplor bakatnya selama ini.
Tips Menggali Minat dan Bakat Anak
Skandis mungkin sepakat untuk menggali minat dan bakat anak sedini mungkin. Meski begitu, bukan berarti Moms dan Dads bisa mulai mencarinya di usia TK ataupun SD. Anak TK itu cita-citanya cenderung masih imajinatif. Entah mau jadi princess atau jadi super hero.
Sedangkan, anak SD itu cepat banget terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya, ketika pergi ke pemadam kebakaran, mau jadi petugas damkar. Atau ketika pergi ke supermarket, bilang mau jadi kasir.
Secara kognitif pula, lanjutnya, anak di usia tersebut belum memiliki kemampuan yang lebih baik untuk melihat dari berbagai sisi dan masih sulit untuk memutuskan.
Berdasarkan alasan itulah, Moms dan Dads sangat disarankan untuk menggali minat dan bakat anak dengan lebih serius ketika anak telah menginjak usia SMP atau SMA, di usia inilah anak disarankan untuk mengikuti tes minat bakat. Karena, minat itu harus dari anaknya yang mengenal dan bukan dari orangtuanya.
Masih sering ditemui sampai sekarang, di mana minat orang tua A tapi minat anak B dan orang tua maunya tetap A. Alhasil, anak ini nanti menjadi versi kecil dari orangtuanya. Selain itu orangtua untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terkait minat bakat anaknya sendiri.
Teruslah beri ruang kepada anak untuk eksplorasi berbagai bidang, seperti ikut les dan mencoba berbagai kegiatan, dan jangan tutup-tutupi. Apalagi jika anak masih berusia TK atau SD, Moms dan Dads hanya perlu memberi anak kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mencoba berbagai bidang yang ada di sekitarnya.
Nanti saat anak beranjak remaja, biasanya dengan pengalaman yang banyak itu, anak akan memilih kegiatan mana yang lebih disukainya dan memilih untuk mendalami kegiatan tersebut. Kuncinya memang harus bersabar di sini. Bahkan, tidak ada ruginya juga membiarkan anak banyak-banyak eksplor, karena pengetahuannya bakal semakin kaya.
Cara Menerapkan Pola Asuh Otoritatif yang Tepat
Demi menciptakan keluarga sehat anak berprestasi, ada beberapa saran yang bisa ditiru orang tua yang ingin menerapkan pola asuh otoritatif. Diantaranya:
1. Sudah Siap Secara Mental
Pertama, orang tua harus menyadari bahwa masing-masing sudah cukup sehat mental untuk mengasuh anak. Kadang-kadang, mungkin ada luka pengasuhan di masa lalu yang harus kita selesaikan dulu. Jadi, boleh minta tolong ke profesional untuk diatasi.
2. Bangun Komunikasi Antar Pasangan
Orangtua tidak perlu menjadi orang tua yang sempurna dan harus selalu belajar agar menjadi lebih baik dari hari ke hari. Prinsip utamanya adalah, pasangan harus kompak berkomunikasi supaya lebih siap untuk mengasuh anak dengan sehat mental. Terus konsisten dan terus berikan ruang komunikasi untuk anak.
3. Minta Bantuan Profesional
Terakhir, lanjut Alfa, apabila anak sudah benar-benar dirasa sulit untuk dimasuki oleh orang tuanya, segera minta bantuan profesional. Skandis bisa ajak anak bareng-bareng ke psikolog untuk dicari tahu permasalahannya apa dan solusinya apa.
Bahkan, ada juga terapi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan anak tersebut, Skandis bisa kembali ke halaman 1 untuk mencari tahu apa saja tips-tips menggali minat bakat anak yang tepat.
Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Skandis. Selamat mencoba!
Artikel ini telah tayang di msn.com dengan judul:“Tips Penting yang Harus Dilakukan Saat Menggali Minat Bakat Anak”