
Tinggal di apartemen dengan letak strategis di tengah kota jadi impian bagi masyarakat urban, apalagi dapat menghirup udara segar dan sehat. Oleh karena itu, penting bagi penghuni apartemen untuk memperhatikan sirkulasi udara untuk menciptakan hunian sehat yang nyaman untuk ditinggali.
Ketika akan memilih sebuah hunian, terlebih apartemen, ada beberapa kriteria yang menunjang kesehatan setiap penghuninya sehingga pantas menyandang gelar “hunian sehat”. Hunian sehat harus baik dari segi bangunan, penataan ruang, fasilitas, lingkungan, pengelolaan sampah, sanitasi, bebas jamur dan hewan pembawa penyakit, dan tentunya sirkulasi udara.
Apa yang terjadi apabila sebuah hunian dinilai tidak sehat dari segi sirkulasi udara? Udara dalam ruangan memiliki tingkat polutan lima kali lipat dibanding udara luar, sehingga berpotensi lebih buruk apabila tinggal di apartemen. Polutan yang dapat dijumpai di dalam ruangan terdiri dari asap rokok, kompor gas, pendingin atau penghangat ruangan, pewangi sintetis pada pakaian, serta bulu hewan peliharaan.
Apabila apartemen jarang dibersihkan secara berkala dan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, maka udara di dalam ruangan tidak hanya terasa pengap, tetapi juga memicu polutan PM2.5 yang membahayakan kesehatan. Namun jangan khawatir, selalu ada cara untuk mengatur sirkulasi udara di dalam ruangan secara menyeluruh, sehingga meminimalisir risiko paparan PM2.5 pada penghuni apartemen. Berikut ini beberapa caranya.