Bank Indonesia (BI) terus menaikkan suku bunga acuannya yang kini di level 5,25 persen sebagai langkah antisipasi lembaga moneter dalam menghadapi ancaman resesi pada tahun depan. Ancaman ini diprediksi akan berdampak terhadap pasar properti, salah satunya adalah kenaikan suku bunga.
Dampak lainnya bank diperkirakan akan lebih selektif dalam memberikan pinjaman pembiayaan, termasuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA).
Hingga akhir Agustus, kenaikan suku bunga acuan ini belum terlihat berpengaruh pada suku bunga KPR dan KPA di pasar. Meski demikian, suku bunga KPR dan KPA berpeluang naik menjelang akhir tahun.
Melihat kondisi tersebut situasi pasar properti pada 2023 akan kembali menghadapi tantangan. Bayang-bayang resesi dan kenaikan suku bunga global akan membuat penjual atau penyedia suplai hunian berhati-hati dalam membuat keputusan. Sekali lagi, outlook pasar properti hunian pada 2023 akan bergantung pada kebijakan Pemerintah dalam menjaga situasi ekonomi nasional.
Terkait tahun ini, pasar properti nasional menunjukkan tren yang terus membaik, karena kenaikan harga properti meningkat lebih pesat dibanding tahun sebelumnya, demikian pula dengan permintaan pasar. Sejumlah kebijakan pemerintah, mulai dari pelonggaran protokol kesehatan jelang Hari Raya Idul Fitri 2022 serta suku bunga Bank Indonesia yang terus ditahan pada 3,5 persen dalam satu setengah tahun terakhir menjadi salah satu faktor penting yang menjaga optimisme pasar properti di tanah air.
Pencarian properti sepanjang 2022 didominasi oleh pencarian properti kelas menengah atas, dengan harga mulai dari Rp 1 miliar yaitu sebesar 56 persen dari total pencarian propert. Jumlah ini naik sebesar satu persen dari kuartal sebelumnya dan naik dua persen dibandingkan kuartal III 2021.